Senin, 03 Mei 2010

Memilih Paradigma 3

Paradigma perubahan

I

Di awal tulisan yang membahas perubahan, Stumpf menurunkan teori perubahan yang menyatakan demikian, "perubahan kuantitatif menyebabkan terjadi perubahan kualitatif ditandai dengan munculnya kualitas baru yang berbeda dari kualitas sebelumnya. Stumpf memberi contoh perubahan kimiawi. Air yang dipanasi api akan menjadi uap. Uap merupakan kualitas baru yang berbeda dari sebelumnya. Dalam contoh fisika dapat dinyatakan demikian, ada satu hanya berisi air putih, lalu dimasukkan gula dan teh. Perubahan kuantitas ini melahirkan kualitas baru yakni yang berbeda dari sebelumnya. Pertanyaan yang segera muncul, apakah teori di atas dapat dipakai untuk menjelaskan perubahan kehidupan manusia baik untuk perubahan individu maupun perubahan sosial? Tentu dapat meski tidak sama persis dengan perubahan kimia dan fisika. Obyek kimia dan fisika adalah benda-benda tanpa memiliiki keinginan, motivasi dan nasib masa depan. Sehingga analisis pwerubahan dalam kehidupan manusia tidak melulu dilihat dari sisi kuantitatif mlainkan juga analisis kualitatif. Si X, misalnya, tidak punya uang sepeserpun, tiba-tiba dia memperoleh keberuntungan memenangkan hadiah ratusan juta rupiah.. Apa terjadi perubahan pada si X? Pertanda perubahan dalam manusia dilihat dari state of mind dan pada actionnya. Demikian juga jika kuantitas yang menambah adalah ilmu pengetahuan atau ketrampilan. Perubahan pada diri seseorang juga dapat dianalisis dari perubahan status. Dari status pengangguran menjadi pns atau karyawan swasta setelah melalui tes penerimaan. Dari status lajang menjadi kepala keluarga melalui pernikahan. Perubahan status membawa perubahan peran. Status seseorang – setiap kali- dapat dapat berbeda. Di dalam rumah, statusnya sebagai keluarga, tetapi di luar rumah, dia adalah pmpinan sebuah partai, sementara di kampung di mana dia tinggal hanya sebagai warga biasa sebagaimana yang lain. Setiap kali statusnya berubah, maka akan diikuti perubahan peranan. Apakah ini sudah dapat disebut perubahan sosial? Jika belum, pertanyaan yang muncul, apa yang dikehendaki dengan perubahan sosial?
Analisis terhadap perubahan sosial bukan analisis yang bersifat individual seperti dalam contoh di atas, melainkan analisis struktural, yakni analisis yang terkait dengan sistem sosial. Dari sini ilmuwan membedakan dua tipe perubahan yakni perubahan sistem sosial, dan perubahan di dalam sistem sosial atau, "a change of a social system and a change within a social system". Perubahan sistem sosial adalah perubahan yang berakibat pada runtuhnya struktur lama dan lahirnya system baru (misal. perubahan dari LKMD menjadi BPD; dari Institut atau Sekolah Tinggi menjadi Universitas). Ini merupakan contoh perubahan sistem sosial. Sedangkan perubahan di dalam sistem sosial terjadi jika norma-norma, aturan-aturan, persepsi, keyakinan, metode dan teknik yang selama ini berjalan mengalami perubahan sedangkan institusi sebagai sistem sosial tetap eksis dan tidak berubah.. Perubahan di dalam sistem sosial ini berkonotasi kepada penyesuaian unit-unit terhadap teknologi modern atau temuan-temuan baru teori ilmiah. Contoh dari yang terkhir ini semisal lahirnya pendidikan tingkat usia dini. Perubahan ini tidak menghilangkan sistem pendidikan taman kanak-kanak.

II

Dibanding dari teori fungsionalisme dan teori konflik, teori perubahan memperoleh respons dari sejumlah ilmuwan yang jauh lebih banyak. Ini dapat dilihat dari buku bunga rampai himpunan Amitai Etzioni dan Eva Etzioni-Halevy. Buku ini menghimpun tidak kurang dari lima puluh penulis tentang perubahan., Etzioni membaginya menjadi dua; pertama, teori-teori klasik dan kedua, teori-teori modern. Ada sembilan penulis yang masuk dalam kategori teori klasik; sisanya kurang lebih empat puluh penulis masuk dalam teori modern. Tentang tema tulisan. Dia membagi tema tulisan menjadi lima: tema; tema tentang sumber dan pola-pola perubahan; tema tentang bidang (ruang lingkup) perubahan; tema tentang asal-usul perubahan, pola-pola perubahan, tema tentang level perubahan, tema tentang proses perubahan. Buku antologi tersebut diberi judul, "Social Change: Sources, Patterns and Consequences". Seorang peneliti yang berminat meneliti "perubahan sosial" terbantu menentukan fokus penelitian, permasalahan penelitian sekaligus data yang relevan yang hendak dikumpulkan serta analisis data dan penjelasannya.
Level perubahan mencakup perubahan level rumah tangga, birokrasi, lembaga sosial, budaya, politik, pendidikan. Ruang lingkup perubahan antara lain pertanian, pertanahan, pertambangan, kelautan, kehutanan, perdagangan, pendidikan, perekonomian, pertahanan-keamanan, industri baik industri barang maupun jasa.

III
Di abad modern ini, perubahan yang amat mencolok adalah perubahan teknik industri dari tradisional yang bertempu pada tenaga hewan dan atau manusia ke teknik modern yang bertumpu pada tenaga mesin. Kenyataan ini dipersepsikan sebagai revolusi industri. Industri modern atau pabrik-pabrik modern dalam berbagai usaha terus tumbuh dan berkembang Implikasi dari berdirinya industri modern adalah diperlukan organisasi atau lembaga yang terdiri dari unit-unit yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab. Bagian yang menangani bahan mentah, bagian yang menangani proses produksi, bagian yang menangani pemasaran dan distribusi. Munculnya idustri modern berpengaruh pada dunia pendidikan sebagai lembaga yang memasok tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri modern.
Tentang teori perubahan sosial, Etzioni menurunkan beberapa tulisan. salah satunya adalah teori perubahan fungsional gagasan Talcott Parsons. Parson mendiskusikan pertumbuhan dan perkembangan suatu lembaga secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, terjadi pertambahan jumlah populasi atau massa dalam lembaga. Dalam ranah perubahan kualitatif disebut dengan perubahan struktural, yakni ."proses diferensiasi struktural". Penulis ingin membuat satu contoh tentang pondok pesantren yang mengubah statusnya dari tradisional ke modern. Pada era tradisional, pondok tersebut menekankan pada materi kitab kuning dengan metode belajar sorogan dan weton. Materi kitab kuning mencakup tauhid, fiqh, tata bahasa (nahwu dan sorof, tafsir dan hadis). Setelah berubah menjadi modern, materi pendidikan menyesuaikan diri dengan silabi dan kurikulum dari Diknas maupun Depag. Kini, pondok tersebut membuka berbagai jenjang pendidikan modern, tingkat Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar, tingkat Tsanawiyah dan SMP, tingkat Aliyah dan SMA. Bahkan Pondok juga membuka jenjang perguruan tinggi baik dalam jalur Diknas maupun Depag. Dengan bertambahnya kuantitas jenjang pendidikan, bertambah pila populasi siswa dan mahasiswa. Pendidikan pondok modern kini tidak berkisar pada kitab kuning. Seperti pendidian modern yang lain, pendidikan di Pondok juga mempersiapkan anak didik memasuki pasar kerja. Parsons mengatakan bahwa, pertumbuhan dan perkembangan suatu lembaga dapat dijelaskan secara kuantittaif serta kualitatif. Perubahan kualitatif yang dimaksudkan olehnya adalah perubahan struktural. atau proses diferensiasi structural, the process of structural differentiation" (dalam Etzioni, 1973; 72-74).. Diferensiasi didefinisikan sebagai perubahan dari multi fungsi dalam struktur menjadi spesifikasi fungsi yang berbeda-beda dalam struktur. Spesifikasi yang mengurusi bahan baku, spesialisasi yang menangani proses produksi, spesifikasi yang menangani distribusi dan pemasarn, spesifikasi yang menangani keuangan dan karyawan dstnya. Diferensiasi juga bermaksud menghindari terjadinya multi fungsi dalam struktur. Etzioni memberikan contoh industri rumah tangga yang mengalami perkembangan pesat yang kemudian menjadi pabrik modern dalam mana tuntututan diferensiasi struktural tidak dapat dihindari.

IV

Sumber perubahan: endogenous dan exogenous
Istilah endogenous menunjuk kepada unsur atau faktor internal, sebaliknya exogenous kepada unsure eksternal atau factor eksternal. Umumnya, sumber perubahan tak lepas dari dua faktor tersebut. Masalah yang mungkin muncul adalah factor mana yang lebih dominan. Umumnya, faktor internal menunjuk pada gejala ketegangan, pergolakan, kontradiksi, konflik atau perselisihan. Faktor-faktor ini menjadi arus yang memiliki kekuatan melebihi mekanisme stabilisasi atau ekuilibri. Namun sebenarnya, factor internal tidak harus berbentuk perselisihan atau kontradiksi. Ia dapat berupa fakor kesadaran kolektif akan perluunya perubahan dalam struktur. Mulanya muncul kesadaran yang bersifat individual. Kesadaran pada level ini lalu dikomunikasikan kepada anggota lain untuk memperoleh respons sebanding. Manakala respons makin bertambah maka gagasan perubahan yang masih bersifat ide mengalami perkembangan dan dimatangkan menjadi suatu konsep yang terencana. Sisi lain sumber perubahan adalah faktor eksternal. Sumber eksternal berpengaruh karena suatu lembaga merupakan sub sistem dari sosial budaya yang selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Budaya modern selalu menghasilkan temuan-temuan baru baik berupa teknologi maupun teori ilmiah. Sebagai sub sistem dari sistem sosial budaya yang lebih komprehemsif, suatu institusi selalu berdialog dan berkomunikasi dengan temuan temuan baru. Dialog dan komunikasi merupakan pintu masuk faktor eksternal ke dalam institusi. Melalui seleksi yang menggunakan kriteria relevansi, temuan-temuan teknologi baru yang dipertimbangkan relevan amat mungkin berpengaruh kepada institusi tersebut untuk melakukan perubahan.

Surabaya, 03-05-2010

a. khozin afandi