Jumat, 26 Maret 2010

MEMILIH PARADIGMA 2 : PARADIGMA TEORI KONFLIK

Masyarakat dalam wawasan teori fungsionalisme struktural, atau fungsionalisme, menyatakan:
1.setiap masyarakat merupakan konfigurasi dari elemen-elemen yang terdapat di dalamnya lengkap dengan aktivitas mereka masing-masing.
2.setiap masyarakat merupakan konfigurasi dari unit-unit yang terintegrasi dengan baik.
3.setiap unit di dalam masyarakat memberikan sumbangsih secara fungsional. Kehidupan sosial dalam pandangan teori analisis fungsional seperti kehidupan bilogi yang digambarkan oleh W. B. Canon yang menyatakan bahwa organism hidup itu mensyaratkan kondisi yang relatif konstan dan stabil. terjaga kesehatannya, stabil dan seimbang Untuk tujuan itu maka unit-unit yang merupakan bagian-bagian dari organ tubuh harus fungsional, aeperti sirkulasi darah alnacar, jantung, ginjal, paru-paru juga berfungsi .

Dalam wawasan teori konflik
1.konflik merupakan bagian fakta sosial-b. Dari itu maka ada saat-saat tertentu terjadi konflik sosial;
2.konflik sosial merupakan gejala umum. Istilah konflik bergerak mulai dari perbedaan, perselisihan, pertengkaran sampai dengan adu fisik.

Dua model wawasan tentang masyarakat
Teori consensus Teori konflik
1. Norma dan nilai adalah unsur dasar dalam kehidupan sosial 1. kepentingan adalah unsur dari kehidupan sosial
2. kehidupan sosial melibatkan komitmen 2. kehidupan sosial melibatkan dorongan
3. masyarakat perlu kohesi 3. kehidupan sosial perlu terbagi
4. kehidupan sosial bergantung pada solidaritas 4. kehidupan sosial melahirkan oposisi
5. kehidupan sosial didasarkan atas kerja sama dan saling resiproritas 5. kehidupan sosial melahirkan konflik structural
6. sistem sosial bertahan pada konsensus 6. kehidupn sosial melahirkan kepentingan dan kompetisi
7. masyarakat mengenal otoritas legitimasi 7. diferensisi sosial melibatkan kekuasaan
8. sistem sosial diintegrasikan,
9. sistem sosial cenderung bertahan stabil 8. sistem sosial tidak sebatas integrasi tetapi juga kontradiksi,
9.sistem sosial cenderung berubah


Dahrendorf sebagai pelopor teori konflik sejak awal menekankan bahwa teorinya tidak bermaksud menggantikan teori konsensus. Setiap teori berurusan dengan realitas yang berbeda . Stabilitas dan perubahan, integrasi dan konfllik, konsensus dan kekerasan merupakan binar opisisi yang benar benar ada dan nyata dalam kehidupan masyarakat.
Lahirnya teori konflik dilatari oleh ketidak puasan terhadap teori fungsionalisme yang hanya menekankan pada kehidupan sosial yang harmoni, berjalan stabil, berlangsung secara normatif dan dalam keadaan ekuilibrium. Teori konflik sosial menjelaskan sebab-sebabnya, proses kejadiannya, juga menjelaskan manfaat dan konsekwensi-konsekwensi dari konflik itu sendiri, serta kemungkinan munculnya perubahan sosial pasca konflik. Penjelasan ilmiah yang memadai amat diperlukan sedangakn teori analsisis fungsional tidak menyentuhnya sama sekali. Dua figur dari teori ini adalah Dahrendorf dan Lewis Coser.

Gambaran tentang konflik
Istilah "konflik" bergerak mulai dari perbedaan pendapat atau sikap, perselisihan, pertentangan, perpecahan, perselisihan, perdebatan sengit, adu mulut, sampai benturan fisik. Setelah bapaknya yang telah merintis industri rumah tangga wafat, kini dua anak kandungnya berbeda pendapat. Sang kakak meneruskan rintisan orang tua industri kulit, sementara adiknya merintis garmen. Keduanya lalu bersepakat untuk berbeda, atau dalam bahasa lainnya "agree in disagreement". Dalam kehidupan politik pun bias terjadi, yang satu ikut tim sukses calon B, yang lainnya tetapi partainya sama memilih menjadi bagian dari tim sukses calon X. Namun mereka sejak awal telah mensepakati menempuh jalan berbeda.

Menemukan permasalahan
Beberapa konsep di dalam teori ini dapat membantu peneliti menemukan permasalahan penelitian.
a. Asal-usul dan tipe konflik: exogenous dan endogenous
b.Apa ada elemen-elemen di dalam struktur yang tidak berfungsi yang terindikasi menyebabkan terjadi ketegangan yang dapat mengarah kepada percekcokan,
c. kekerasan merupakan bagian dalam kehidupan sosial. Apakah klas yang dominan memilih menggunakan kekerasan daripada dialog,
d. Kondisi apa yang terjadi selama dan setelah konflik.
e. dinamika konflik/konflik periodik
Konsep ini merujuk kepada proses politik yang lazim disebut "pemilu".Konflik-konflik dalam proses politik ini mengalami gerak dinamis secara periodik periodik. Proses pemilu dibagi secara periodik; di setiap periode memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri menyangkut pihak-pihak yang terlibat, permasalahan dan materi konflik, pemecahan konflik. Mungkin secara garis besar, periode pemilu dapat dipilah menjadi tiga, pertama periode persiapan sampai pendaftaran, kedua, periode proses pelaksanaan, penghitungan dan penetapan; periode pasca penetapan. Ini yang dimaksud dengan dinamika atau konflik periodik.
Beberapa aspek
Beberapa aspek dalam konflik antara lain aspek politik, sosial dan antropologi.

Aspek Politik
Pada abad ke sembilan belas Karl Marx menyatakan bahwa seluruh sejarah kehidupan sosial adalah pejuangan kelas. Engels menganalisis konflik klas dan Marx menjadikan konflik klas sebagai doktrin filsafatnya. Ada beberapa sarjana sosiologi awal yang memfokuskan kajian pada konflik sebagai proses yakni, George Simmel. baik konflik antar individu, individu dengan kelompok, internal maupun eksternal. Kemudian Lewis A. Coser menyatakan konflik sebagai proses. Aspek politik dalam konflik digambarkan oleh Gorbachev dalam bukunya "Perestroika". Pada paragraf dengan titel "Konflik Regional". berisi pemikirannya yang didiskusikan dengan Presiden Reagan . Di bawah ini beberapa pokok pikiran Gorbachev:
1.Konflik yang terjadi di Asia, Afrika dan Amerika latin disebabkan oleh keadaan yang menghimpit di antaranya sebagai akibat penjajahan masa silam.
2.Krisis dan konflik merupakan persemaian bagi terorisme internasional. Uni Sovyet menolak terorisme dan bersedia bekerja sama sekuat tenaga dengan Negara-Negara lain untuk membasmi kejahatan ini.
3.Di timur Tengah konflik antara Israel dengan Plaestina telah berlangsung bertahun-tahun. Timur Tengah merupakan simpul kusut tempat kepentingan banyak Negara terlibat.. Timur dan Barat perlu ikut membuka simpul ini dan hal ini penting bagi seluruh dunia. Harus ada sikap aktif dan mendukung upaya mencari jalan mengakhiri kemandekan di Timur Tengah.
Di halaman lain Gorbachev membahas kondisi di sekitar pertemuan Reykjavik.
"Semua yang dibicarakan di Reykjavik bersangkutan langsung dengan Eropa. Dalam pertemuan kami dengan Amerika Serikat, ami tidak pernah melupakan kepentingan Eropa. Sebelum pertemuan Reykjavik, saya bertemu dengan para kepala Negara dari sejumlah Negara Nato Eropa Barat, yaitu Poul Schluter dari Denmark, Rudolph Lubbers dari Belanda, Gro Harlem Brundtland dari Norwegia, Steingrimur Hermannsson dari Eslandia dan Amintore Fanfani serta Giulio Andreotti, wakil pimpinan Italia. Kami banyak berdiskusi mengenai masalah Eropa dan perlucutan senjata".
Saya mendengar banyak komentar menarik dari lawan bicara saya.
"Sesudah itu, kami dalam kepemimpinan Soviet memikirkan dengan serius argumentasi dan gagasan mereka dan bagian-bagian yang kami anggap benar, kami perhitungkan dalam kebijakan kami, khususnya, hal yang menyangkut Euromissiles. Tetapi ada juga perselisihan yang terutama dipanaskan oleh Margaret Thatcher dan Jacques Chirac tentang konsep mereka dan gagasan umum NATO mengenai "penangkal nuklir". Saya mengungkapkan rasa heran saya kepada mereka atas kegemparan yang ditimbulkan oleh pertemuan Reykjavik di beberapa ibu kota Barat. Tidak ada alasan apa pun untuk menganggap bahwa hasilnya merupakan ancaman terhadap keamanan Eropa Barat. Kesimpulan dan penilaian demikian adalah buah pikiran kuno mengenai masa perang Dingin".
Dalam berbicara dengan para pemimpin dari luar negeri seringkali saya mengajukan pertanyaan langsung, apakah anda percaya bahwa Uni Soviet berniat menyerang negeri anda dan Eropa Barat umumnya? Nyaris semuanya menjawab, "tidak". Tetapi sebagian mereka segera mengajukan keberatan dengan mengatakan bahwa besarnya kekuatan militer USSR itu sendiri menciptakan ancaman potensial. Orang memang dapat memahami penalaran demikian ini. Akan tetapi penalaran demikian ini akan menjadi kabur ketika gengsi dan kehebatan nasional dikaitkan dengan pemilikan senjata nuklir walaupun jelas sekali bahwa bila suatu perang nuklir pecah persenjataan ini hanya akan mengundang serangan dan tidak mempunyai arti nyata lainnya.
Ketika kami berbicara mengenai perlucutan senjata sebagai unit utama yang harus dipasang pertama dalam pembangunan sebuah rumah bersama Eropa, kami maksudkan terutama kekuatan nuklir Eropa, Inggris dn Perancis. Uni Soviet mmperlihatkan kepercayaan besar kepada Eropa Barat dengan menyetujui, selama perundingan mengenai perlucutan senjata yang sedang berlangsung untuk tidak memperhitungkan potensi nuklir mereka. Motif utama di balik gerakan ini adalah bahwa kami mengesampingkan bahkan dalam pikiran kami, tidak ada rencana strategis apa pun kemungkinan perang dengan Inggris atau Perancis apalagi dengan negara-negara Eropa non nuklir" .

Konstitusi: instrument integrasi
Perjanjian berguna untuk menjaga perbedaan identitas dan karakteristik masing-masing pihak sementara itu konstitudi atau instrument integrasi menyatukan entitas-entitas yang berseberangan saling mengikat kesepahaman.
Contoh, Triple Aliansi antara Jerman, Austria-Hungaria, dan Italia memiliki instrument integrasi sebagai konstitusi bagi mereka bersama yang berkepentingan menjaga eksistensi dan keamanan dari ancaman pihak luar. Munculnya aliansi ini menyebabkan lahirnya aliansi lain yang dikenal dengan Triple Entente yang beranggotakan Rusia, Inggris dan Perancis. Perang Dunia I, menjadi batu ujian kekuatan mereka masing-masing yang salama ini selalu bersaing dalam berbagai hal, tentang koloni, tentang perbatasan Negara, tentang persaingan ekonomi dan kekuatan militer dan persenjataan.
2. Daya tahan konstitusi
Tentang berapa lama konstitusi dapat bertahan tergantung pada dua hal:
a. kemampuan masing-masing pihak dalam hal kekuasaannya atau kamampuannya terkait dengan kepentingan mencapai keinginan,
b. tergantung pada ada atau tidak ada sejumlah ketidak puasan yang diungkapkan atau tuntuan-tuntuan yang bersifat harus dipenuhi dari pihak-pihak yang beraliansi. Keberlangsungan hubungan integrative juga tergantung pada kondisi-kondisi riel, misalnya, apakah perjanjian yang disepakati sebelumnya memberikan rasa kepuasan masing-masing partai atau pihak yang bertaham lama.
Aspek Sosial
Konflik dan integrasi
Hubungan sesama manusia, dalam bahasa agama menggunakan istilah "habl minan-nas" dijelaskan dengan dua proses; apakah koflik atau integrasi. Jika memilih hubungan konfliktual, maka paling tidak ada rumusan tentang kesepahaman, tentang aturan-aturan aktivitas dan misi perjuangan, atau minimal ada kesepakatan saling menerima perbedaan (agree to disagreement). Adanya rumusan dan norma yang mengikat kedua pihak akan menjadi kekuatan kontrol dan sikap ketaatan masing-masing pihak terhadap rumusan dan norma yang disepakati.
Sebaliknya, jika kontak awal hubungan untuk integrasi, ada kemungkinan terjadi konflik. Dalam sebuah kehidupan bersama selalu ada benih atau unsur yang memicu koflik. Level konflik bisa antar individu dalam sebuah institusi, antar kelompok, organisasi dan masyarakat.
Kompetisi
Salah satu bentuk konflik adalah kompetisi - antara lain - mengejar posisi yang potensial untuk masa depan, atau mempertahankan posisi; masing-masing berjuang keras untuk meraihnya dan mengalahkan pihak lain atau menjaga posisi dengan segala kekuatannya. Masing-masing dimaksud dapat bermakna individu dan bermakna kelompok.

Ada dua kekuatan yang bersaing untuk menjadi kekuatan dominan dalam sitem. Dalam kondisi seperti ini sering muncul rasa kuasa untuk menguasai dan melemahkan pihak lain Pihak lain ternyata tidak demikian mudah ditundukkan dan didominasi
Dalam situasi di mana kedua pihak merasa keberadaan dan kekuasaan yang dimiliki tidak bergantung pada kondisi satu dan lainnya , maka konflik semacam ini oleh Strausz-Hupe disebut "konflik berkepanjangan" (protracted conflict). Dengan demikian. problema yang dihadapi, menurut Boulding, adalah bagaimana mengontrol konflik agar tidakmeluas, misal, dengan membatasi ruang konflik.

Kompetisi
Kompetisi dapat memicu konflik. Tetapi sebenarnya, kompetisi dapat mengambil satu dari dua pilihan, apakah cara "setting konflik" atau "setting jual beli". Pilihan yang kedua berarti kedua pihak saling memperoleh keuntungan dari apa yang dilakukan. Terkadang sempat terjadi demikian, masing-masing ingin memperoleh keuntungan sebesar-besarnya meskipun harus dengan mereduksi perolehan pihak lain. Pilihan konflik dapat ditempuh dengan saling bersepakat.
Dua pedagang bersepakat menggunakan jasa iklan; dua pns bersaing dalam meniti karier. Dalam kasus-kasus di atas, tidak ada pihak yang ingin menghancurkan, merugikan atau melukai yang lain. Dua pihak yang berkompetisi berada dalam hubungan yang kooperatif, mereka dalam tujuan yang obyektif tanpa merugikan pihak lain

Instrumen integrasi
Rumusan untuk keperluan integrasi antar pihak-pihak yang konflik dapat dicapai dengan sejumlah cara. Instrumen-instrumen itu dapat masuk dalam kesadaran kolektif dan diterima tanpa pemaksaan. Instrumen-instrumen itu ditumbuh kembangkan melalui tindak konkrit dalam kebiasaan.
2. Aspek Sosial
Konflik sosial mungkin didefinisikan sebagai berjuang untuk meraih atau memperoleh status, kekuasaan dan sumber-sumber yang langka di mana maksud dari pihak-pihak yang konflik tidak hanya sebatas mencapai tujuan yang diinginkan tetapi juga usaha yang bertujuan meredakan, menghalangi atau mengeliminasi rival mereka.
Konflik merupakan realitas nyata dalam proses interaksi sosial. Tanpa maksud mengabaikan akibat negatif yang menyebabkan terpecahnya ikatan sosial, konflik sosial dalam banyak hal juga memberikan sumbangsih bagi mempertahankan keberadaan kelompok atau grup serta mempererat relasi-relasi sosial.
Perjuangan untuk meraih kekuasaan dan pengaruh merupakan tema-tema dari teori Pareto juga Mosca, Michels dan Sorel. Demikian juga pada tradisi klasik Jerman seperti Tonnies, Simmel dan Weber yang memandang konflik merupakan fenomena sosial yang bersifat umum. Weber, misalnya, menyatakan bahwa konflik tidak dapat dibuang dari kehidpan sosial… dan perdamaian tak lebih dari sekedar mengubah bentuk konflik atau mengubah bentuk antagonis atau mengubah obyek konflik atau pada akhirnya mengubah ke bentuk kesempatan-kesempatan seleksi". Simmel yang merupakan sosiolog angkatan pertama melakukan analisis tentang berbagai jenis konflik menyatakan bahwa konflik merupakan bentuk kehidupan sosial dan bahwa sejumlah perbedaan, sejumlah pertenangan intern dan kontroversi eksternal secara struktural terkait dengan elemen-elemen yang pada akhirnya mengarah kepada ikatan bersama dalam kelompok.
Jika masalah konflik dibahas maka pusat perhatian dicurahkan pada aspek-aspek yang bersifat memecah. Penekanan pada kebutuhan terhadap nilai-nilai yang bersifat umum dan kondisi harmoni mendorong para ilmuwn sosial seperti Lloyd Warner dan Talcott Parsons mempertimbangkan konflik sebagai jenis penyakit bagi kehidupan sosial-masyarakat.

Dampak struktural konflik
Dampak konflik pada struktur sosial bervariasi menurut tipe struktur itu sendiri. Dalam sturktur masyarakat yang longgar dan pluralistik dan terbuka, perbedaan pandangan yang bertujuan menyelesaikan kerasnya konflik antara dua pihak yang berseberangan mungkin berfungsi menstabilitaskan struktur. Jika pihak-pihak yang berseberangan diberi kesempatan berimbang menyampaikan wawasannya, maka konflik itu membantu menghilangkan sebab-sebab terjadinya perpecahan dan mengarah kepada terciptanya stabilitas. Dalam masyarakat yang longgar seperti itu, banyaknya kelompok sosial menjadikan warga memiliki pilihan berpartisipasi dalam kelompok yang diinginkan Banyaknya kelompok yang berbeda-beda memberi pilihan-pilihan karena tidak hanya satu kubu.
Dalam struktur sosial yang amat ketat, rigid dan dalam kelompok-kelompok yang amat tertutup, dampak dari konflik mungkin beragam sekali. Makin tertutup sebuah kelompok, dan makin meruncing konflik terjadi, maka makin tinggi pihak-pihak yang terlibat. Kelompok-kelompok yang bersifat tertutup cenderung menguasai seluruh kepribadian para angotanya; mereka dijadikan anggota yang fanatik dan memata-matai kelompok lain dan ingin memonopoli loyalitas anggotanya. Jika konflik yang terjadi dalam kelompok-kelompok sosial berusaha untuk mempertahankan kelompoknya masing-masing dengan berbagai cara, dan tidak ada usaha dialog untuk mencairkan kondisi, maka konflik-konflik semacam ini berkecendewrungan meruncing. Demikian ini dikarenakan dua sebab, pertama, anggota-anggota yang terhimpun dalam kelompok-kelompok semacam ini cenderung berupaya memobilisasi semua enerji untuk berjuang, kedua, konflik semacam itu tidak lagi membatasi pada masalah-masalah riel yang dihadapi tetapi meluas kepada hal-hal yang sebelumnya sudah tidak ingin diungkapkan. Semua penyebab konflik yang sebelumnya telah dikubur kini ditiup tiupkan antara satu dengan yang lain.
Ideologi dan konflik
Konflik bisa jadi makin meruncing atau makin keras mencapai tingkat di mana pihak-pihak yang bersaing menggunakan orientasi kolektif (atas nama kelompok atau lembaga) dan tidak sekedar orientasi individu dan dengan demikian perjuangan mereka itu bertujuan dikemas atas nama kepentingan kelompok bukan pribadi. Tujuan-tujuan yang bersifat ideologi kelompok dijadikan justifikasi dan dengan sarana apapun, para partisipan kelompok, memandangnya sebagai absah. Kaum intelektual, jika keberadaan mereka berfungsi sebagai "kaum ideologis" cenderung mengurangi atau meredakan konflik yang dianggapnya bersifat pribadi atau konflik interes. Tujuannya jelas yaitu mereka mengarahkan pihak-pihak yang konflik untuk lebih mementingkan kepentingan yang tidak hanya sesaat, pribadi atau golongan.

Konflik dan konsensus
Perbedaan antara konflik yang sudah keluar dari batas yang ditetapkan dalam konsensus sosial dengan konflik yang masih berada di dalam bangunan dasar konsensus pernah diungkap oleh Aristoteles. Konflik yang tidak menyerang basis konsensus dan tidak menimbulkan ancaman pada dasar-dasar konsensus cenderung mengarah pada usaha penyesuaian antara berbagai pihak dan di dalam hal ini memberikan sumbangsih bagi tercapainya integrasi yang lebih erat. Sebaliknya, konflik yang menyerang pada basis konsensus dari eksistensi kelompok dapat memecah dan membelah masyarakat ke dalam kubu-kubu yang saling menyerang atau warring camps
Kelompok-kelompok struktur yang longgar dan masyarakat-masyarakat yang pluralitas dan terbuka, mempersilahkan adanya konflik antara angota yang bersaing dan konflik dalam berbagai ragam. Itu merupakan jalan terbuka bagi masuknya beragam pendapat yang berbeda-beda sepanjang tidak membahayakan konsensus. Namun, dalam masyarakat atau komunitas yang ketat-rigid, sering mensikapi konflik dengan cara menekan dan menutup pintu dialog.
Fungi konflik
Gluckman berpendapat bahwa konflik yang tidak memecah sistem sosial, memberikan sumbangsih bagi keberlangsungan masyarakat. Berbagai konflik dalam masyarakat memicu terciptanya kreativitas, dan warga masyarakat memiliki pilihan-pilihan. Di sisi lain, konflik bisa jadi membantu mempertajam wawasan masyarakat sehingga mampu menganalisis faktor penyebabnya. Penyebab konflik dapat dianalisis atau diurai antara lain sbb; tingkat kepadatan penduduk, percepatan pertumbuhan penduduk, kondisi ekonomi dan tingkat penghasilan yang tidak merata, konflik interes atar penguasa daerah dengan pusat dalam masalah kebijakan, apakah ysng terkait dengan pajak, keuangan, perdagangan, keamanan, konflik interes antara klas dominan dengan klas subdominan, hegemoni versus kontra hegemoni.

Surabaya, 26-03-2010,
a. khozin afandi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar