Rabu, 03 Februari 2010

Beberapa Tipe Analisis

Pengantar
Analisis berarti memilah bagian-bagian dari keseluruhan dan menjelaskan hubungan antar bagian-bagian tersebut. Lazimnya ditegaskan bahwa tugas utama analisis adalah menemukan hubungan antar dua bagian atau lebih yang terdapat di dalam sebuah struktur.(Renata Tech, 1995; 104) . Dalam realitas empirik, sebuah lembaga pasti terdiri dari bagian-bagian yang berbeda-beda fungsinya. Bagian-bagian itu saling berhubungan..
William Levin menyatakan (1991; 17-18) bahwa analisis sosiologi berupaya melihat adanya pengaruh beberapa faktor. yang menjadi penyebab munculnya fenomena sosial.. Misal, penelitian faktor yang mempengaruhi hasil ujian sekelompok siswa. Levin memerinci tiga puluh faktor yang memiliki kemungkinan mempengaruhi nilai ujian siswa sebagai di bawah ini;
1.Intelegensia mahasiswa,
2. Kualitas catatan yang dipakai ketika mengikuti studi
3. Lama waktu untuk belajar
4. Kualitas lingkungan belajar,
5. Interes terhadap mata pelajaran
6. Motivasi personal untuk bekerja baik menghadapi ujian
7. Tekanan orang tuda untuk melakukan sesuatu yang baik di sekolah,
8. Tingkat kepercayaan,
9. Tingkat kekawatiran,
10. kemampuan untuk tetap berkonsentrasi di bawah presure (dari lingkungan),
11. Kemampuan baca vervbal (ungkapan lisan),
12. Apakah siswa belajar bersama atau sendirisn,
13. Apakah siswa belajar dengan sesama siswa yang baik atau tidak baik,
14. Jam tidur sebelum ujian,
15. Apakah siswa menyontek, menjiplak atau sejenisnya,
16. Dari siapa siswa menyontek,
17. Bagimana siswa berlaku kepada teman-temaannya,
18. Kadar kehadiarn dalam kelas,
19. Kadar perhatian dalam kelas,
20. Kualitas pendidikan sebelumnya,
21. Kadar ambisi,
22. Lama waktu mempersiapkan diri menghadapi ujian,
23. Pemahaman diri terhadap tanggung jawab atas perbuatan yang jelek,
24. Nilai-nilai ujian sebelumnya,
25. Kondisi ruang ujian (ketenangan dan cahaya yang menerangi ruang),
26. Kemampuan memahami teks ujian,
27. Kondisi siswa pada ssat ujian,
28. Kondisi kesehatan siswa,
29. Kesiapan materi pemberian guru,
30.Kesiapan mental psikis siswa.

Ini merupakan contoh penelitian kausalitas model ilmu kealaman dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor berupaya mencari hubungan antar dua fenomena yang berbeda; fenomena sejumlah siswa penempuh ujian dan fenomena jumlah kelulusan. Cara seperti ini sering juga disebut model positivisme. Dan sepanjang peneliti memiliki kecermatan dalam membuat daftar faktor seperti contoh di atas, sangat mungkin model penelitian ini bisa menjelaskan fenomena sosial, meskipun, tidak semua fenomena sosial harus dipaksa dijelaskan dengan model kausalitas, Fenomena sosial adalah kehidupan sosial itu sendiri yang bersifat lebih kompleks dibanding gerak gerik kausalitas seperti benda-benda alam. Analisis kausalitas tidak menjadi satu-satunya pendekatan bagi riset sosial. Di luar kausalitas masih terdapat sejumlah pendekatan bagi penelitiasn ilmiah dan peneliti dapat memilih salah satu teori untuk pendekatannya .
Menurut Renata Tesch (1995; 79) ada beberapa tipe analisis, sbb;
1. analisis isi (content analysis)
2. analisis wacana,
3. analisis etnografi komunikasi,
4. analisis etnografi struktural,
5. etnosains,
6. interaksi simbolik,
7. etnometodologi .

Menurutnya, analisis bergerak dalam dua langkah; pertama, mengindentifikasi bagian-bagian dan yang kedua, mengidentifikasi hubungan (identification of the parts and identification of the relationships).
Ada dua model analisis, yakni analisis penafsiran dan analisis struktural Analisis penafsiran menekankan pada hubungan antar berbagai konsep atau kategori sementara analisis struktural memperhatikan pada keseluruhan hubungan dalam suatu sistem struktural. Konsep disiplin kerja berhubungan dengan tupoksi, konsep integritas normatif berhubungan dengan kinerja yang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam suatu lembaga tertentu, konsep power, otoritas berhubungan dengan posisi dan peran,
Dia juga mememilah analisis struktural dan analisis wacana (1995; 79) . Analisis struktural menekankan pada interaksi struktural atau hubungan antar unit dalam sebuah struktur dilihat dari sisi fungsinya. Sedangkan analisis wacana menekankan pada simbol-simbol atau bahasa komunikasi sehari-hari dalam struktur.

Analisis itu sendiri sebenarnya bukan penjelasan. Membuat analisis dengan membuat penjelasan juga merupakan aktivitas yang berbeda. Istilah penjelasan diterjemahkan dari “explanation dan “understanding. Sementara “analysis” diindonesiakan menjadi“analisis” dan kata ini bukan terjemahan dari kata “analysis” itu sendiri. Mungkin makna harfiah analisis adalah “urai” satu persatu. Misal, almari dapat dianalisis dari jenis kayunya, nilai artistiknya, nilai ekonominya, modelnya dan fungsinya (almari pakaian, almari makan, almari kantor).
. Seorang peneliti mengadakan penelitian pembunuhan masal oleh pelaku berinisial “Ry”. Peneliti ke lapangan mengumpulkan data. Setelah data terkumpul, dia merancang analisis. Rancangannya didasarkan atas keyakinan bahwa pembunuhan itu dapat dianalisis dari sisi hukum, sisi psikologi, sisi sosial- budaya, sisi agama.serta prosesnya.. Jika hasil penelitiannya dibukukan, maka akan diorganisisr demikian, , Bab I (Pendahuluan), Bab II (Proses pembunuhan), Bab III (Persepsi Psikologi) , Bab IV (Sosial-Budaya), Bab V (Sisi hukum). Untuk bab proses pembunuhan, peneliti harus menjelaskan proses tersebut secara faktif sesuai dengan masing-masing korbannya. Dalam bab persepsi sosial budaya, peneliti juga dituntut penjelasannya yang relevan dan akan lebih baik jika dilengkapi dengan teori-teori sosial budaya yang tersedia dalam disiplin sosiologi sehingga akan tampak ada kaitan secara sistematis dan terorganisir antar bab 1, 2, 3, 4. Setelah analisis dan penjelasan dilaporkan dalam bab 1,2,3 kini penulis punya kesempatan menuangkan persepsinya sendiri yang khas dan ini dapat diwadahi dalam satu bab, misal, Bab Tinjauan (Bab 5), sebelum kesimpulan. Pada bab ini, penulis mengemukakan temuannya yang khas. Temuan bukan berupa fakta atau data melainkan konsep yang teoritis.
Dalam penelitian ilmiah, misal, seorang peneliti membuat rancangam penelitian dengan menggunakan teori perubahan sosial sebagai pendekatan. Paradigma ilmiah mengatakan bahwa teori ini cocok diaplikasikan terhadap kehidupan sosial (sosial agama, sosial politik, sosial pendidikan, sosial masyarakat) yang di dalamnya terjadi perubahan (perubahan teknik industri, perubahan status, perubahan sikap, mudah berintegrasi dengan produk teknologi teretntu Hp, laptop, kendaraan)); juga masalah proses perubahan melalui reformassi, unjuk rasa, demonstrasi, delegasi. Migrasi, urbanisasi (ada 3 macam: urbanit, musiman dan ulang alik) juga merupakan bagian dari perubahan sosial terkait dengan lapangan kerja dan status sosial-ekonomi klas sosial.
Apa yang bisa dianalisis dari perubahan sosial? Dalam menyusun rancanngan, peneliti yang menguasai teori perubahan soisial dengan mudah akan mengajukan poin-poin yang layak dianalisis dari perubahan antara lain apa kekuatan yang menggerakkan (the moving force) perubahan, asal mula perubahan, apakah perubahan parsial ataukah perubahan total, konsekwensi perubahan, level perubahan, pola-pola perubahan. Dari sekian poin yang dapat dianalisis, peneliti hanya memilih dua poin, menyadari bahwa penelitiannya untuk level skripsi S1 Penjelasan yang terkait dan relevan dengan analisis, secara kuantitatif, masih sebatas dari sisi budaya dan sosial. Untuk penelitian level tesis dengan penggunaan teori yang sama, maka poin analisisnya seharusnya lebih kuantitatif jumlahnya, yakni tidak hanya membatasi pada dua poin elainkan lebih dari tiga poin atau bahkan semua poin yang tercakup dalam perubahan dianalisis. Demikian juga halnya dengan penjelasannya akan mengambil banyak sumber, yakni sumber penjelasan lebih banyak dibanding dari apa yang dipakai dalam level skripsi. Penjelasan untuk level tesis tidak hanya dari sumber sosial dan budaya, yaqkni dengan memanfaatkan teori-teori yang ada di dalam dua disiplin tersebut, melainkan juga penjelasan dari sumber filsafat atau disiplin lain yang relevan utnuk menjelaskan poin analisis.
Setelah bab 1 (Pendahuluan), Bab 2 analisis “migrasi”. Lalu bab ini diberi judul “Migrasi sebagai proses perubahan”. Apa yang harus dijelaskan dalam bab ini? Banyak hal antara lain asal usul migrasi, migrasi dan urbanisasi, proses awal migrasi apa karena melanjutkan pendidikan tinggi sehingga harus pindah ke kota lain atau karena pekerjaan setelah diterima tes. Bab 3 analisis status. Bab ini diberi judul, migrasi sebagai mobiltas status dalam sistem stratifikasi sosial. penjelasan untuk bab ini pun harus relevan. Konsep migrasi, mibilitas status dan stratifikasi sosial sebagai sistem harus kait mengkait. Analisis dan penjelasan merupakan dua sisi dari satu entitas riset yang sinergi.
Sedangkan penelitian untuk level disertasi seyogyanya juga harus dibedakan secara tegas dengan level tesis, perbedaan itu ada pada kuantitas paradigma teori yang dijadikan pendekatan. Penelitrian disertasi tidak hanya menggunakan teori perubahan sebagai pendekatan melainkan juga dengan hermeneutika dan fenomenologi, misalnya demikian. Peneliti harus menjelaskan dengan argumen yang mencukupi mengapa penelitiannya menggunakan pendekatan teori perubahan, hermeneutika dan fenomenologi.

Analisis Isi
Seseorang tekun membaca sebuah buku di perpustakaan. Setelah selesai dia membuat kategori-kategori terkait dengan isi buku; misal, 1. kategori pertama, “eksistensialisme relijius”, 2. kategori kedua, kritk terhadap teori absurditas, 3. pendekatan horizon, 4. Kategori menunjukkan tingkat kompetensi peneliti
Pada awalnya, analisis isi diaplikasikan untuk penelitian surat kabar pada masa perang dunia, namun dalam perkembangannya juga digunakan untuk penelitian empirik (sosial-budaya, sosial-agama dll). Untuk membuat kategori, peneliti bisa minta bantuan dari teori sosiologi, budaya atau psikologi. Misal, penelitian budaya pada sebuah masyarakat tertentu atau pada lembaga tertentu. Peneliti membuat kategori antara lain klas sosial, peran sosial, power, dominasi, ideologi, karakteristik institus, kepemimpian, mekanisme pergantian pimpinan, norma dan aturan .

Ide sentral dari analisis isi didasarkan atas kenyataan tentang demikian kata yang yang digunakan sebuah buku, jurnal, majalah, surat kabar.. Karena itu, peneliti membuat klasifikasi menjadi kategori-kategori yang lebih singkat misal, kategori perubahan, kategori pengembangan, kategori proses, kategori simbol kategori sejarah, multi kultural, kategori peran, kategori diferensiasi, kategori eksistensi dstnya. Untuk mempermudah membuat kategori peneliti dapat minta masukan dari teori-teori yang diproduk oleh sosiologi, psikologi, antropologi budaya, sejarah, bahasa, hermenutika dan fenomenologi. Dikatakan oleh Tesch, prosedur dasariah dari analisis isi adalah mendesain kategori yang relevan dengan rancangan penelitian. Apa yang dinyatakan oleh Tesch di atas juga kita temukan pada tulisan Robert Philip Weber (1990; 14-15). Langkah awal dari analisis isi adalah melakukan klasifikasi dengan menggunakan kategori-kategori. Langkah selanjutnya adalah menafsirkan atau menjelaskan (interpretation and explanation). Weber secara eksplisit menyatakan bahwa penafsiran dan atau penjelasan dapat menggunakan teori-teori yang ada dalam ilmu sosial penjelasan kontekstual seperti konteks politik, sejarah dan sosial .
Steve Stemler dari Yale University memaparkan beberapa pokok kegunaan analisis isi dalam tulisan dengan tema “An Overview of Content Analysis”(http//:colostate edu/reference/research/content) .
Pertama, analisis isi digunakan sebagai senjata untuk memastikan pengarang teks. Siapa pengarang buku yang sebenarnya dan tidak perlu dicurigai keabsahannya. Untuk memperoleh kepastian pengarang, peneliti seharusnya melacak dengan cara mencari informasi tentang apakah kecurigaan beberapa pihak terhadap siapa sesungguhnya pengarangnya masih belum dapat ditentukan kepastiannya. Apakah isi buku relevan dengan keahlian dan latar belakang pendidikan sang pengarang.
Kegunaan lainnya, analisis isi digunakan untuk meneliti kecenderungan-kecenderungan dan pola-pola yang ditemukan dalam dokummen. Contohnya, analisis isi digunakan untuk melihat, memahami dan menjelaskan misi sekolah, proses pembelajaran, atandar ukur tingkat efektifitas, sasaran program , sarana mencapainya dll. Di samping itu, analisis isi merupakan fondasi untuk memonitor perubahan yang terjadi dalam opini masyarakat.
Dalam menganalisis data perlu diperhatikan kemungkinan ada istilah atau konsep yang diulang-ulang. Yang menjadi perhatian, istilah atau ungkapan yang diulang-ulang itu menggambarkan makna penting ungkapan tersebut terkait dengan misi dan visi ke depan. Namun juga harus memperhatikan mungkin konsep atau istilah yang diualng-ulang itu memiliki makna atau maksud yang berbeda beda dilihat dari konteks bahasa dan tema wawancara dan fokus wawasan.

Analisis wacana dan etnografi-komunikasi
Dua tipe analisis di atas amat erat dengan bahasa. Karena itu keduanya terkadang disebut dengan analisis sosiolinguistik. Sosiolinguistik mengkaji ungkapan-ungkapan dan aktivitas-aktivitas yang secara rutin digunakan dalam suatu kelompok sosial. Peneliti berupaya menemukan pola-pola komunikasi yang memiliki relevansi fungsional dalam kehidupan sosial kelompok itu. Ungkapan-ungkapan itu merupakan bahan yang kemudian disusun dalam satu indeks yang tujuannya dapat menemukan struktur interaksi serta hal-hal yang terkait dengan regulasi-regulasi bahasa yang kemudian dapat diangkat pada tingkat terma yang lebih umum . Termasuk menjadi perhatian peneliti adalah ungkapan-ungkapan yang khas dan terbatas berlaku dalam lingkungan kelompok itu, misal, kelompok anak-anak funky, kelompok suporter, kelompok remaja “geng motor” dll. Sejumlah orang yang tinggal dan menetap bersama dalam satu wadah atau satu tempat pada umumnya melahirkan bahasa atau istilah-istilah yang khas dan seolah juga bersifat terbatas berlaku dalam kelompok itu. Perlu diperhatikan bahwa bahasa sebagai sistem bahasa berbeda dengan bahasa sebagai sistem komunikasi, yakni ketika bahasa diaktifkan dalam suatu waktu dalam dalam suatu situasi tertentu. Dalam sistem bahasa, kata-kata “ gila, edan dan setan” berkonotasi jahat. Tetapi dalam komunikasi justru dapat berarti sebaliknya. Dalam sebuah pertandingan, misal sepak bola. Seorang pemain dapat melewati hadangan tiga sampai mepat pemain musuh dan terus berhasil berlari sampai mampu menghasilkan gol. Demikian oula seorang oemain bulu tangkis dengan pontang panting berhasil mengejar pola dan mengambalikan smes-smes keras musuhnya sampai akhirnya dia mampu mematikan langkah musuhnya. Ketrampilan pemain tersebut mengundang kekaguman yang luar biasa sehingga keluarlah komentar spontan dari penonton dengan menggunakan kata-kata “edan! Atau mainnya seperti setan, lincah gesit dan tidak dapat dihentikan. Kagum terhadap ketrampilan seorang pemain, penonton berteriak, “edan. “Para calon pjabat berebut tempat basah”, tulis sebuah berita. Kata-kata basah dalam sistem komunikasi tentu berbeda pengertiannya dengan basah dalam sistem bahasa.
Tentang analisis wacana, demikian Tesch, pada umumnya kurang menaruh perhatian pada konteks. Analisis ini lebih fokus kepada percakapan atau interaksi bahasa lainnya (melalui wacana tulis, surat menyurat) sedangkan etnografi komunikasi memperhatikan sisi lain dari komunikasi yakni mengenai siapa yang merupakan aktor dalam kelompok sosial itu. Dua jenis analisis ini tentu saling melengkapi. Bahasa dapat menjadi sarana untuk mengetahui identitas seseorang dan statusnya. Sementara analisis aktor (pelaku-subyek) melengkapi analsis bahasa Analisis aktor mengungkap peran, status, identitas, latar budaya. Dalam fakta empirik tidak jarang ditemukan seseorang berada dalam status yang berbeda-beda. Perubahan status berimplikasi pada perubahan peran dan aktivitas baik dalam bentuk ucapan maupun tindak perbuatan. Misal, seorang pemain sepak bola, dulu statusnya pemain Persija, kini pindah ke klub Persela; dulu statusnya pemain Barcelona kini Chelsea. Perubahan status ini akan membawa perubahan peran meski eksistensi diri tetap sebagai pemain bola dan bukan sebagai pelatih.
Di samping beberapa analisis di atas, Tesch menawarkan analisis struktur peristiwa (event structure anaalysis) yang terkadang dia sebut juga dengan “event and sequential analysis”. Dalam analisis ini, setiap bagian dari peristiwa amat penting sebab satu bagian saja hilang maka sekwensial atau urutan peristiwa akan menjadi tidak terketahui.

Surabaya, 04- 02- 2010

a. khoain afandi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar