Senin, 22 Februari 2010

epistemologi

Epistemologi adalah cabang filsafat yang mendiskusikan cara manusia memperoleh pengetahuan; obyek pengetahuan, struktur, sarana memperoleh serta madzhab-madzhab di dalamnya. Secara historis perkembangan epistemologi dari Yunani sampai Modern dan Kontemporer dapat diklasifikasi menjadi 4 periode besar; yakni Periode Yunani, Abad Pertengahan, Abad Modern dan periode Kontemporer. Masing masing periode masih dapat diklasifikasi lagi.
A. Periode Yunani:
Periode Yunani dapat dipilah menjadi lima masa yakni,
1. masa awal,
2. transisi,
3. sistematisasi,
4. Helenis dan
5. Griko Romawi.

1. Masa Awal: kelahiran dan pertumbuhan.

Kelahiran filsafat
Kelahiran filsafat diawali oleh satu protes terhadap mitos. Orang yang melakukan protes tersebut bernama Thales(625-545 SM). Mitologi saat itu sedang dominan sebagai sumber yang menjelaskan kejadian alam maupun kehidupan umat manusia. Mitos selalu menempatkan kuasa dewa di atas alam dan manusia. Bangsa Babilonia menjelaskan kejadian langit dan bumi dengan mitos Pergantian musim pun dijelaskan dengan mitos; bahwa ada burung yang amat besar disebut Imgudgud, yang sayapnya dapat menutup seluruh permukaan langit dan terjadilah gelap. Perang bangsa Yunani dengan bangsa Troy di Asia Minor juga dijelaskan dengan mitos. Di Mesir Kuno ada mitos dewa Ra yangmenguasai alam dan manusia. Dalam menjalankan kuasanya atas penduduk bumi dia menunjuk wakil, yakni Raja.
Thales meminta penjelasan alam tidak dengan mitos melainkan dengan rasio. Dengan penjelasan rasio selanjutnya dapat dicek oleh orang lain apakah diterima, ditolak atau diperbaharui. Hal ini tidak terdapat pada mitos. Mitos akan tetap statis. Pendapatnya yeng meminta menggunakan rasio dalam menjelaskan alam inilah yang menjadikan namanya dikenang terus sebagai filsuf dan bukan pendapatnya bahwa air adalah materi dasar alam. Filsafat awal yang tampak sedemikian sederhana dalam pertumbuhannya mengalami perkembangan dan perubahan menembus batas ruang dan waktu dan menjadi inspirasi lahirnya disiplin ilmu pengetahuan modern yang terspesifik Filsafat kini menghasilkan tumpukan tesa dan berbagai kamar madzhab filsafat yang menyimpan hasil tesa-tesanya masing-masing. Sebaliknya dengan mitos. Ia tidak mengalami perubahan dan perkembangan apa-apa, tetap seperti dulu kala sampai sekarang.

Tema filsafat awal
Tema filsafat awal Yunani membicarakan masalah alam atau kosmos. Dari satu tema ini muncul dua pertanyaan, yakni tentang bahan dasar alam dan tentang perubahan.

1. Tentang bahan dasar alam
Para filsuf awal yang mendiskusikan masalah ini antara lain Thales, Anaximader, Anaximenes, Pytagoras, Heraklitus, Parmenides, Zeno, Demokritus. Tetapi pendapat mereka sebagai jawaban dari satu pertanyaan yang sama tidaklah sama. Pendapat itu merepresentasikan keyakinan mereka masing-masing. Namun ada satu kesamaan, bahwa mereka mlengkapi pendapatnya dengan argumentasi.
Thales berpendapat bahwa bahan dasar alam adalah air. Alasannya, air terdapat di mana-mana. Semua benda yang ada di alam ini mengandung air di dalamnya. Benda-benda di dunia ini banyak macamnya dan dipertemukan oleh satu bahan dasar, yakni air. Benda-benda yang serba banyak itu persatukan dan dipertemukan oleh bahan dasar yang sama yakni air. Demikian dia membuat argumen yang menguatkan pendapat yang diyakini. Demikianlah kita temukan dalam diri filsafat dua elemen yang saling melengkapi yakni; keyakinan dan srgumentasi. Para filsuf sesudah dia yang mengajukan pendapat yang berbeda dengannya juga mmbuat argumen khas masing-masing untuk memperkuat pendapatnya atau keyakinannya. Anaximader, murid Thales yang senior, menunjuk “Apeiron” sebagai bahan dasar alam.Menurutnya, air tak lebih hanya satu unsur dari alam sama kedudukannya dengan unsur-unsur lain dalam alam. Dia tidak harus diangkat untuk diistimewakan sebagai satu-satunya bahaan dasar alam. Bahan dasar alam haruslah sesuatu yang tak terhingga, yakni apeiron (the boundlessness, the infinitness). Anaximenes menunjuk udara sebagai bahan dasar. Udara memenuhi persyaratan yang dikehendaki oleh gurunya, Thales, bahwa asal usul alam harus dijelaskan dari unsur yang ada di dalam alam itu sendiri dan tidakperlu menunjuk kepada sesuatu yang luar alam. Udara juga memenuhi persyaratan seniornya, yakni, Anaximander, udara itu tak terhingga dibanding air. Pytagoras menunjuk angka, Hiraklitus menunjuk api, Demokritos menunjuk atom sebagai bahan dasar alam lengkap dengan rgumentasi mereka masing-masing. Bagi Pytagoras, angka adalah prinsip. Ia tidak menunjuknya sebagai materi alam. melainkan melihatnya sebagai prinsip menjelaskan alam. Pada prinsipnya, alam merupakan kopi dari angka. Dari angka ini muncul bentuk dan materi (form and matter)..
2. Tentang Perubahan
Persoalan perubahan didiskusikan oleh dua filsif yakni Heraklitus dan Parmenides. Apakah perubahan itu hanya sekedar sesuatu yang tampak mata ataukah tidak. Frank Thilly (1957; 32) menulis bahwa fenomena perubahan, pertumbuhan dan pergantian jugamenjadi pusat diskusi filsafat awal diwakili oleh dua figur, Herakltus dan Parmenides. Apakah alam ini permanen tidak berubah atau sebaliknya selalu mengalami perubahan. Heraklitus (535-475 SM) berpendapat bahwa alam selalu berubah terus menerus, panta rae kae uden, yakni in a state of ceaseless change. Ini sebaliknya dengan pendapat Pamenides, failasuf Elea, menegaskan bahwa gerak dan perubahan tidak dapat diterima akal pikiran.(change and motion are unthinkable). Prinsip dari segala sesuatu adalah permanen, tidak bergerak dan tidak pernah berubah.
2.Masa Transisi,
Masa transisi atau masa perubahan tema filsafat dari kosmologi ke tema antropologi. Masa ini melahirkan kaum Sofis dan Sokrates. Kaum Sofis adalah perintis perubahan. Mereka tidak lagi mendiskusikan tema kosmologi melainkan tema antropolgi atau tema kemanusiaan. Konkritnya tentang pengetahuan. Inti pemikiran kaum ini tidak mengakui adanya penegetahuan obyektif. Pengetahuan itu subyektif, tergantung siapa yang mengatakan. Apa yang dianggap benar baginya adalah benar baginya meskipun bagi orang lain tidak benar. Tidak ada kebenaran yang obyektif. Apa yang ada dan berlaku adalah pendapat subyektif (Thilly, 1957 ;56-57). Dua figur dari kaum ini adalah Protagoras dan Gorgias. Pendapat Protagoras yang terkenal, “man is the measure of all things,” (Bertrand Russell, 1974; 94). Doktrin pokok Sofis bahwa tidak ada kebenaran obyektif, yang ada hanyalah pendapat subyektif dilatari oleh diskusi kosmologi para filsuf sebelumnya. Dalam menjawab satu pertanyaan tentang bahan dsar alam, ternyata jawaban mereka berbeda-beda. Dari kenyataan inilah kaum sofis merumuskan doktrin filsafat pengetahuannya di atas. Pada masa itu kaum sofis menjadi entitas yang dominan di tanah Yunani. Para bangsawan Yunani menjadikan kaum sofis sebagai guru untuk putera mereka. Ketika murid mereka selalu bertanya tentang kebenaran dan filsafat yang selama ini mereka pahami, kaum sofis akhirnya menjawab demikian, bahwa filsafat tidak lagi mencari kebenaran melainkan bagaimana ia mampu meyakinkan orang lain. Dari titik inilah kaum Sofis diakui sebagai perintis lahirnya disiplin retorika. Jadi ada dua hal yang dilakuan kaum Sofis, pertama mengubah diskusi filsafat dari kosmologi ke antropologi, kedua, perintis lahirnya disiplin retorika. Manakala doktrin kaum Sofis tidak ada kebenaran obyektif menguasai kebanyakan anak-anak muda Yunani dan bahkan telah menjadi tren budaya saat itu, bangkitlah seseorang yang berani menghadapi arus kuat ini meski hanya sendirian. Adalah Sokrates namanya(469-399 SM). Dia menegaskan bahwa kebenaran obyektif itu ada. Sokrates memilah dua dunia, yakni ide yang bersifat universal dan benda-benda yang tampak mata yang bersifat partikular. Dia memebri contoh; “sekuntum bunga indah”. Dalam kalimat ini terdapat dua dunia, yakni dunia partikular yang tampak mata, -sekuntum bunga, dan dunia ide yang universal. yakni indah.(Stumpf, 1975; 42). Dalam tulisan Frank Thilly (1957; 68) diturunkan pandanagn Sokrates demikian, “knowledge is concerned with general not with the particular”. Dalam contoh sekuntum bunga indah, dunia yang general atau universal adalah dunia ide, yakni indah, sedang yang partikular adalah sekuntum bunga. Sekuntum bunga disebut indah karena ada partisipasi ide indah ke dalam bunga itu. Jika pada saatnya dia tidak partisipasi lagi, maka sekuntum bunga itu berubah menjadi tidak indah. Artinya terjadi perubahan dari indah menjadi tidak indah. Namun yang berubah hanyalah dunia partikular yang tampak mata (sekuntum bunga) sedangkan dunia universal “ide indah” tidak berubah. Ide indah tetap ada, tidak berubah sebab dia akan berpartisipasi ke bunga-bunga lain. Kita bisa membuat contoh etika, “orang bernama X itu jujur”. Ada ide jujur berpartisipasi ke dalam orang bernama X. Jika jujur tidak lagi berpartisipasi ke dalam X, maka bisa jadi X berubah menjadi tidak jujur. Dalam contoh ini yang berubah adalah X, dunia partikular yang tampak mata sedangkan jujur sebagai dunia ide tetap unuversal dan dapat berpartisipasi kepada siapa pun dalam dunia partikular.
Sokrates mendoktrinkan ada pengetahuan yang obyektif dan itu terdapat dalam dunia ide yang dapat dicari dengan metode definisi guna menemukan dunia universal yang terdapat dalam dunia partikular. Dalam teori anamnesis, Sokrates secara tegas enyatakan bahwa sebelum manusia lahir ke dunia empirik, mereka telah mengenal dunia ide di sana.
. 3. Masa sistematisasi,
Figur yang berperan besar pada masa ini adalah Plato dan Aristoteles, muridnya. Tulisan-tulisan Plato saat ini, dalam terjemahan Bahasa Inggris, yaitu “The Dialog ues of Plato” (terdiri dari beberapa judul), sementara karya Aristoteles dalam terjemahan Bahasa Inggris, “The Works of Aristotle ” (kumpulan dari beberapa judul). Dua karya tersebut bersama-sama dengan dengan karya-karya filsuf besar lainnya semisal Plotinus, Descartes, Kant, Hegel.., dihimpun dalam satu serial antologi dengan titel “GREAT BOOKS OF THE WESTERN WORLD”. Plato dikenal sebagai perintis madzhab rasionalisme-idealisme sedangkan muridnya, Arisoteles, perintis madzhab Empirisisme. Doktrin Plato tentang ide sebagai obyek pengetahuan dan rasio sebagai sarana memahami obyek kita temukan dalam judul-judul karya Plato; Timaeus, Theatetus, Phaedo, The Republic VI, X. Pokok-pokok doktrin epistemologinya, sbb:

1. Plato membagi dunia pengetahuan menjadi dua; seen dan unseen.
Seen adalah dunia yang tampak mata dan dunia yang tidak tampak. Dunia yang tampak mata adalah dunia individual-partikular yang serba bermacam-macam, berbeda-beda atau serba banyak. Partikular kursi duduk dalam dunia yang tampak mata ada sekian macam banyaknya, tetapi ide tentang kursi atau form hanya satu. Ide angka sembilan hanya satu tetapi dalam dunia partikular mencakup sekian macam barang atau manusia, bisa menunjuk kepada kursi, meja, sepatu, mobil, rumah, kue, pisang. Jika tadi saya tinggalkan sembilan kue di atas meja dan kini setelah pulang kerja tinggal tiga, maka yang berubah bukan angka sembilan melainkan kue yang tampak mata.
2. Ide itu tunggal, tidak berubah-ubah, abadi; Plato membuat contoh sehelai daun. Jika sehelai daun dahulu berwarna hijau dan kini berwarna kuning, maka sebenarnya yang berubah adalah sehelai daun sebagai dunia yang partikular. Ide hijau tidak berubah demikian juga ide kuning. Hijau tetap ada, kuning tetap ada, tunggal dan tidak berubah.
3. Dunia ide adalah dunia yang hakiki, the reality, meminjam bahasa Betrand Russel, sedangkan dunia yang tampak mata yang serba berubah ini dunia bayang-bayang. Dunia ide dipahami dimengerti, diketahui oleh rasio dan menghasilkan genuine knowledge. Sebaliknya dunia yang tampak mata adalah bayang-bayang. Dunia ini ditangkap oleh indera dan menghasilkan opinion, yang tidak mencapai derajat “pengetahuan yang sesungguhnya” sperti yang diperoleh oleh rasio.
4. Doktrin ide Plato mencakup empat dimensi;
a. Ide baik buruk, wilayah etika; kejujuran, keadilan, kesopanan,
b. ide indah-tidak indah wilayah estetika,
c. ide benar-salah, yakni wilayah logika.
d. ide atau form ataukonsep, wilayah eksistensi. (Secara empirik, benrukkerbau tidak bisa tidak harus begini menyesuaikan diri dengan konsep yang telah ada dalam alam ide.
5. Ketika ditanya muridnya tentang di mana dunia ide berada, Plato menjawab “in the Divine Mind” atau “ in the Divine Realm”. Di alam Ilahi.
Berbeda dai sang guru perintis idealisme-rasional, Aristoteles. Adalah perintis madzhab empirisisme dan memandang dunia ide itu bisa jadi hanya konsep yang hampa tanpa isi. Beberapa pokok ajaran Aristoteles sbb:
1. Peran pengalaman empirik dalam sains
“Dalam karyanya berjudul, Metaphysic I, dia menyatakan, sains dan sastra masuk kepada manusia melalui pengalaman dan pengalaman adalah pengetahuan tentang hal-hal yang individual
Dalam On The Soul III, dinyatakan, bahwa melalui kekuatan inderalah kita kita bisa membedakan yang panas dari yang dingin. Di bagian lain dari On the Soul, dia menegaskan, persepsi yang diperoleh melalui obyek yang inderawi diyakini tidak salah atau kecil sekali terjadi sala.
2. Tentang pengetahuan yang sesungguhnya
Pengetahuan terhadap dunia yang konkrit dan partikular adalah pengetahuan yang sesungguhnya .Kalau indera kita melihat obyek berupa sebongkah batu, maka bukan sebongkah batu itu yang masuk ke dalam indera kita melainkan gambaran obyek sebongkah batu.
Aktivitas berfikir adalah memahami gambaran obyek yang memiliki karakter yang sama dengan obyek itu sendiri (On the Soul II).
3. Teori sebab.
Disamping bisa membuat generalisasi, abstraksi melalui investigasi dunia individual, , pengetahuan juga harus mampu mengetahui sebab. Dalam teori sebab ada empat hal yang dapat dipilah 1). the matter, 2) the form), 3). the mover 4). the end..
Materi adalah bahan mentah yang mengalami proses perubahan atau bergerak ke, misalkayu , sebagai bahan mentah, the form adalah bentuk yang dituju yakni boneka, patung atau kursi. The mover dijelaskan sebagai the source of change, the source whence the motion come, sumber asal terjadi perubahan (Physics, II).
Dua madzhab di atas lengkap dengan figurnya selalu muncul dalam studi filsafat dan terus menghiasi berbagai karya. Dua madzhab itu menembus batas-batas geografi, budaya, etnis maupun keyakinan agama. Pada periode tertentu, karakter Platonis a priori mungkin lebih kuat dibanding Aristotelian, namun pada periode lain atau di tempat lain, model Aristotelian a posteriori lebih dominan. Ada komentator yang mengatakan bahwa perjalanan filsafat selanjutnya dapat dikatakan sebagai catatan kaki dari dua figur itu..Revolusi ilmiah Kopernikus dan Galileo.adalah Aristotelian, demikian juga aliran filsafat Positivisme, neo-positivisme. Dalam perjalanan seterusnya model Platonis juga memasuki wilayah modern atau mungkin post modernisme. Hermeneutika, fenomenologi dan filsafat bahasa yang juga lzim disebut sebagai “filsafat analitik; dapat dinyatakan sebagai embrio post modernisme. Cara kerjanya khas posmo, yakni, dari ide ke fakta; sebaliknya cara kerja sains modern dari fakta ke ide. Fakta dikumpulkan, lalu dirmuskan suatu hipotesis untu melangkah mencapai puncak teori ilmiah (dunia ide). Posmo berangkat dari ide, dari konsep yang amat matang baru direalisasikan dalam fakta. Setelah digodok dan dipelajari dari berbagai sudut, lalu direalisasikanlah bank syariah. Perbedaan modern dengan posmo antara lain dalam hal cara kerja. Cara kerja ilmiah modern berangkat dari fakta sebagai bahan mentah bergerak menuju ke ide (konstruk teori); sebaliknya cara kerja posmo, bergerak dari dunia ide(konsep) menuju ke realitas. Konstruksionisme teori Peter L. Berger merupakan contoh dari model kerja posmo meski awalnya diilhami oleh fenomenologi Husserl yang dibumikan ke ranah sosiologi oleh Alfred Schutz.
Platonis dan Aristotelian saling melengkapi (realitas). Penelitian yang berbasis pengalaman empirik-lapangan adalah Aristotelian a posteriori; kini lebih dikenal dengan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif adalah eksperimen dan survei dan adalah kualitatif adalah deskriptif dengan berbagai pilihan paradigma teori yang diajdikan pendekatan penelitian antar alain fungsionalisme, konflik, perubahan, interaksionisme simbolik serta fenomenologi
Penelitian model Platonis a priori tidak mensyaratkan basis pengalaman empirik, dengan kata lalin penelitian non empirik atau literer.

Surabaya, 23-02- 2010

a. khozin afandi

1 komentar: